0
Lain Dunia


Tiba-tiba aku tersesat di sebuah negeri yang tak ku tau pasti
Kata orang ini tempat manusia dewasa bersuka ria
Banyak yang kehilangan jati diri
Tak mengerti makna dari bahagia yang sesungguhnya
Mereka tau itu semu, tapi memang mereka suka yang palsu

Seseorang memanggilku
Ia agak terburu-buru seperti sedang mengejar atau dikejar waktu
Kami tiba di ruangan yang sangat aneh
Tempat dimana orang selalu senyum sana sini, berbasa basi sambil cipika cipiki, seperti para pejabat yang berusaha untuk melobi, semua benar-benar tak berseni

Aku bosan. sama seperti saat disuguhkan (un)reality show. tidak spontan. tidak natural. semua dipersiapkan untuk tampil sempurna.

Ku tinggalkan saja tempat itu. Dan kembali ke dalam pelukan duniaku. menikmati waktu tak berbatas. mencium harum bunga, menatap bintang dan berlari bebas di pantai hingga senja membuatku kagum dengan jingganya.


Walau bumi yang dipijak sama
Tapi dunia yang dihidupi berbeda
Aku eksis di dunia ku
Mereka eksis di dunianya





0
Switch


”Aku suka hujan, karena setelah ia reda, aku bisa menikmati suasana setelah hujan, dan bila sedang beruntung aku akan melihat pelangi membelah langit. Aku suka duduk di halaman belakang, memperhatikan pepohonan yang rindang, dan bila sedang beruntung aku akan melihat bunglon yang berubah warna menyesuaikan diri dengan tempatnya. aku suka langit gelap tak berbulan, karena aku dapat menatap bintang-bintang dengan lebih cemerlang, dan bila sedang beruntung aku akan bertemu dengan bintang jatuh. Aku suka senja, tapi hanya saat ia berwarna jingga. Aku suka laut, bila ia sedang tidak marah. Aku suka coklat dan es cream, mereka akan jadi teman terbaik bila emosi ku sedang tidak karuan.”

(Kuberi tahu ya, itu bukan diriku yang sebenarnya. Aku diperintahkan untuk jadi begitu oleh seorang gadis kecil paling egois yang pernah ku jumpai, dengan sesuka hatinya memaksa ku untuk menyukai apa yang ia suka, dan membenci apa ia ia benci. pernah aku dipaksa untuk membenci badut yang berhidung merah, padahal badut itu terlihat lucu bagiku, syukurlah setelah beberapa menit memberi perintah, akhirnya dia kembali menarik kata-katanya. dia punya kekuatan yang maha dahsyat. dengan gampangnya dia memberi perintah hanya dengan mengetikkan kata-kata itu pada keyboard komputernya. lalu akupun menjadi seperti apa yang dia mau. dan bila ia tidak berkenan, maka dia tinggal menekan tombol delete, dan aku pun tidak akan pernah eksis di dunia ini. dia seperti seorang setan kecil tanpa belas kasihan)

(Dia memberiku nama Ratih Keumala, padahal Aku tidak suka nama itu, aku lebih suka nama yang lebih modern. dia menetapkan umurku 28 tahun, tapi tidak memberiku seorang pasangan hidup. how dare she is. bagaimana bisa mendapatkan pacar bila setiap kali aku menyukai seseorang, dia pasti akan memaksaku untuk tidak memberi mereka kesempatan, pernah aku dipertemukan dengan seorang lelaki tampan, tapi dia sama sekali tidak mengijinkan ku untuk memberikan nomor telp, menurutku dia cemburu karena si lelaki terlihat sangat tertarik padaku. Syukurlah dia memberiku wajah yang cantik, tubuh tinggi dan ideal, kulit putih mulus, dan banyak pria yang menyukaiku, walaupun aku tidak bisa menjadikan salah satu dari mereka sebagai pacar, paling tidak aku terlihat sebagai high quality jomblo)

(Kadang aku sering memperhatikan gadis kecil itu, Kalau dilihat sekilas, tak kan ada yang menyangka dia seseorang yang sangat tega. dulu dia pernah memaksa seorang bocah kecil untuk hidup di jaman perang, kemudian membunuhnya dengan dalih peluru nyasar, dia juga pernah membuat seorang gadis menangis seharian dan memerangkapnya dalam sebuah cermin. memberikan khayalan-khayalan bodoh kepada seorang anak pembantu. memerintahkan seorang peri menjadi hujan dan tak pernah kembali ke bentuk aslinya, dan masih banyak lagi kejahatan lain yang ia ciptakan)

(Suatu hari, dia tertidur ketika sedang menyuruhku untuk melihat-lihat dunia luar, dia belum sempat memberikan intruksi secara detail. iseng-iseng aku mencoba untuk melihat dunia tempatnya berada. tak kusangka ternyata aku berhasil. Ku perhatikan gadis itu dengan seksama. dia begitu kecil dan kurus, bahkan bila sedang terlelap pulas tanpa sorot mata itu, dia terlihat seperti anak-anak. Tapi jangan harap aku akan berubah menyayanginya, diam-diam dengan sangat perlahan, ku pindahkan ia ke duniaku, dan aku tetap berada di dunianya. lalu kami pun bertukar tempat)

”Aku tidak suka hujan, dia membuat gerak-gerik ku jadi terbatas dan akhirnya hanya akan mendekam di dalam kamar. Aku tidak suka duduk di halaman belakang, tak ada menarik disana, termasuk bunglon bodoh yang tidak konsisten itu. Aku tidak suka langit gelap, itu pertanda ada awan hitam yang menyelimuti dan sebentar lagi pasti akan ada petir yang memekakkan telinga. Aku tidak suka senja, karena ia adalah jembatan antara siang dan malam yang membuatku akan semakin dekat dengan batas waktu yang diperbolehkan untuk berada diluar rumah. Aku tidak suka laut, rasanya asin dan baunya anyir. dan Aku juga tidak suka es cream dan coklat, hanya akan membuat badanku gendut.

(Aku memainkan kata-kata seperti apa yang aku suka, biar gadis kecil itu tau rasa bagaimana tidak enaknya menjadi seseorang yang bukan diri kita. dia cemberut menatapku, aku tertawa menatapnya)

”Oh satu lagi aku sangat suka badut. akan kubeli replikanya, dan kupajang di kamarku”

(Aku tak begitu suka menulis, jadi setelah meletakkan badut berukuran besar itu di kamarnya. kubiarkan saja ia disana dengan ketakutan yang berlebihan terhadap benda itu. mungkin suatu hari nanti, dia akan bisa menyesuaikan diri)


*iseng-isengan dini hari


0
- mimpi -


Ketika dunia-dunia baru mulai tercipta dan memperlihatkankan wajah lugu pada alam semesta, maka disaat yang sama hiduplah mimpi-mimpi yang tumbuh subur di setiap detik yang tak berbatas. mimpi-mimpi yang bergerak bebas layaknya berada pada negeri anti gravitasi, terbang melayang menembus batas cakrawala hingga jarak antara bumi dan bulan pun jadi tak berarti. kadang2 mereka senang menjelajahi dunia para kurcaci yang hidup dibalik pelangi. lalu kembali turun ke bumi hanya untuk menemui sang putri yang cantik jelita. walau sesekali mereka juga berpapasan dengan si penyihir jahat, tapi ajaibnya selalu berhasil kabur atas bantuan para peri yang baik hati.

Hingga pada suatu hari, datanglah si pencuri waktu yang memaksa seluruh alam bergerak dengan terburu-buru mengikuti apa yang dia mau. dia adalah seorang diktator maha dahsyat dan punya banyak pengikut yang tanpa sadar sudah diperbudak oleh alasan yang tidak jelas. akhirnya mimpi-mimpi ini tertinggal jauh di belakang karena tak mampu mengikuti permainan yang sedang berlangsung. mereka pun menjadi layu dan tak sanggup lagi bergerak ke sana kemari. kemudian si pencuri waktu diam-diam menculik semua mimpi. memenjarakannya dan menjatuhi hukuman mati. sehingga mimpi2 ini akhirnya musnah berganti dengan keserakahan yang berkembang biak dengan kecepatan luar biasa.

Tapi syukurnya, tidak semua mimpi bisa dihancurkan oleh sang pencuri waktu. ada beberapa yang mampu meloloskan diri dan kembali pada dunia-dunia yang memeluk mereka dengan erat dan bersedia menceritakannya pada seluruh jagad raya hingga akhirnya terciptalah dongeng-dongeng yang indah.

*iseng-isengan


0
Menuju Ruang Hampa


Lagit biru, awan putih, matahari bersinar terik. Tapi itu berjam-jam yang lalu, Saat hari masih siang. Tapi sekarang sudah malam, Matahari mengambil semua cahaya dan menyisakan sedikit saja untuk dititipkan pada Luna. Aku menatap langit, Tak ada bintang. jadi kubuang saja harapan untuk melihat jika ada diantara mereka yang tergelincir dan kemudian jatuh ke bumi.

Aku mulai bosan dan besiap2 turun dari atas genteng, lalu dia muncul... berupa suara tak berwujud. syukurlah, karena kadang wujud justru akan mengubah semua rasa dan segala pesona.

”Aku Jiwa,” katanya
”apa yang kau lakukan disini? bukankah jiwa seharusnya berada surga?”
’aku terperangkap, iblis-iblis menjaringku sehingga tak mampu melarikan diri”
”lalu, apa kau bahagia?”
”bahagia hanyalah rasa, ia tak berarti apa-apa”
”tapi tanpa rasa kita akan hampa”
”hampa itu membuktikan kita masih hidup”
”lebih baik mati daripada merasa hampa”
"simpan ucapan mu jika kau belum pernah merasakan mati”
”kau?”
”belum juga”
”lalu bagaimana kau tau bahwa mati tidak lebih baik daripada hampa?”
”aku tidak tau dan tidak berniat mencari tau”
”kau selalu begitu?”
”begitu bagaimana?”
”ketus”
”tidak.. kadang-kadang aku justru tidak menjawab”
”apa kau selalu begitu?”
”begitu bagaimana?”
”banyak tanya”
”tidak. kadang-kadang aku justru tidak berkata apa-apa”

Selanjutnya hanya ada sunyi yang memenuhi ruang diatara kami. aku tidak tau apakah dia masih ada disekitarku atau sudah beranjak pergi. mungkin ingin mencari celah yang tidak dijaga oleh iblis supaya bisa kembali ke surga. tiba-tiba suaranya memecah keheningan malam.

”ikutlah bersamaku”
”kemana?”
”ke tempat dimana tak kan ada yang bisa menyakitimu”
”tapi aku tidak tersakiti”
”akan ada”
”bagaimana kau tau?”
”tanpa harus bertanya"
Aku diam.. mencoba mencerna ucapannya, “Aku punya keluarga,” ucapku.
“Lalu?”
“mereka pasti sedih kehilangan aku”
”berarti kau tidak mengenal mereka”
Lagi-lagi aku berusaha mencerna apa yang ia katakan.
”ya atau tidak?"

Lama aku terdiam sebelum akhirnya memutuskan akan ikut dengannya dan mengambil semua resiko yang akan terjadi. aku bisa merasakan tangannya menggenggam tanganku. kami berjalan di udara. mulai menjauh dari rumah rumah warga yang terlihat semakin mengecil. awalnya kukira menuju bulan, tapi ternyata kami juga menjauhinya. menuju ke titik cahaya yang lebih terang. entah itu bintang atau komet. aku tidak tau.

”Kita kemana?” tanyaku, tapi dia diam saja.
”kita kemana?” aku bertanya untuk kedua kalinya, dan dia tetap diam. hingga mataku sudah tak mampu lagi melihat apa-apa. silau karena terangnya cahaya yang menusuk-nusuk mataku tanpa ampun.
”kita kemana?”
”jangan tanya apa-apa”
”tapi aku harus tau”
”kau akan tau”
”aku ingin kembali”
”takkan bisa”
”kenapa?”
”karena ketika kau sudah memutuskan sesuatu, itu artinya kau sudah siap dengan apa yang akan kau hadapi”
”tapi kita belum sampai ke tujuan.. di duniaku banyak orang-orang yang suatu waktu berkata iya, tapi di saat lainnya berkata tidak.. dan mereka baik-baik saja. bahkan lebih baik dari sebelumnya”
”itu di duniamu. banyak sekali orang-orang yang tidak bisa dipercaya”

Aku terdiam membenarkan ucapannya di dalam hati. Lalu kami melangkah masuk ke dalam lorong cahaya yang entah apa itu aku tak tau. yang jelas kakiku tidak menginjak apa-apa. saat kurentangkan kedua tanganku, juga tak ada yang bisa disentuh. pun saat aku menengadah yang terlihat hanya cahaya.

”Kita kemana..?” Aku tetap ingin jawaban.
”tidak kemana-mana”
”dimana lorong ini akan berakhir?”
”tidak akan pernah berakhir” jawabnya datar, dan kami terdiam untuk selamanya.



*iseng-isengan dini hari
*Inspired by: Efek Rumah Kaca - Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa


0

Live your Life



Hidup itu simple, tergantung bagaimana cara kita memandangnya, karna setiap orang punya pandangan hidup yang berbeda. Ingin menikmati atau mengutuki, semua ada ditanganmu.

Kadang ada rasa senang yang membuat kita tersenyum.
Rasa sedih yang membuat kita ingin menangis.
Kekecewaan yang membuat kita menyesali segalanya.
Kelucuan yang membuat kita tertawa terbahak-bahak
Atau rasa kesal, marah dan benci yang membuat kita ingin memaki.

Tapi, hidup itu memang penuh rasa, maka jangan gusar, kita hanya harus menikmati setiap prosesnya.
0
?

Ketika kau berkata, kau dianggap diam
Pun saat kau teriak
Ucapanmu hanyalah kebisuan dalam ruang hampa
Sia-sia dalam ketiadaan
Tak didengar. Tak dipedulikan. Bahkan tak terdeteksi sama sekali.

Lalu apa kau akan tetap terus bicara?


0

TRAGIS


Gelap...

Disudut ruangan terduduk seorang bocah kecil, mendekap kakinya yang menggigil, entah itu karena dingin atau karena rasa takut yang membuncah dari hatinya, tak ada yang tau, tangisannya teredam bersama suara bom, meriam dan senapan dari orang-orang biadab itu, bajunya yang tipis takkan mampu menahan tubuhnya dari hawa dingin yang menusuk tulang, dan rasa takutnya takkan hilang hanya karna bayangan tentang kehangatan ibunya.

Tiba-tiba sebuah peluru nyasar menembus pertahanan gubuk reot itu dan langsung menembus jantung si bocah yang tak berdosa. seketika dunianya pun berakhir. dia tidak salah, dia bahkan tak tau apa yang sedang terjadi. dia hanya berada pada tempat dan waktu yang salah, lebih tepatnya dibuat menjadi salah oleh orang-orang egois dan merasa kuat dan mampu mengubah apapun.

Sementara di tempat pengungsian, seorang ibu yang terlihat kelelahan sedang gelisah menunggu anak kecilnya, satu2nya hal yang menjadi alasan bagi sang ibu untuk kuat dan bertahan walau dalam keadaan bagaimanapun, dan dia sama sekali tak tau bahwa penantiannya hanyalah kesia-siaan tak berujung. karna bocah kecilnya takkan pernah kembali lagi.


*iseng-isengan


0

HELLO


Tempat ini Gelap dan menakutkan. walau terus berlari. tak ada jalan keluar.
”Tolong... Tolong aku… Tolong dengar suaraku...”
kata-kata itu terus terngiang di telingaku.
Berteriak dengan sekuat tenaga.
Walau pita suaranya akan rusak sekalipun, ia tak peduli.
Hello… kenapa semua orang tak ada yang mendengar?
aku bingung
Atau itu hanya imajinasiku semata?
tapi tidak. suara ini begitu nyata dan menggetarkan jiwa.
Teriakan anak-anak yang tertindas dan sengsara,
karena peperangan yang dilakukan oleh orang-orang dewasa yang terlalu mementingkan ego-nya.
Sekali lagi, Hello…?
Mereka juga punya hak untuk hidup bahagia
jadi, tolong jangan rusak kedamaian mereka dengan perang yang kalian lakukan untuk merebut kekuasaan dan kekayaan.
yang ingin hidup tenang bukan hanya kalian
tapi juga mereka.

0

KISAH SANG JIWA


Pernah seseorang menitipkan jiwanya pada kegelapan malam, sesosok jiwa yang mempesona menurutku, berharap sang jiwa tak kan pernah melihat kebusukan yang bersembunyi pada siang hari. Tapi sang jiwa tak mau terbelenggu, walau demi kebaikannya sendiri.

Ia melarikan diri dari peraduannya. menyongsong sang mentari yang bahkan tak mau bersahabat dengannya.

Sang jiwa belum juga puas. Ia berharap bisa bertemu dengan kedamaian di tengah bisingnya kota.

Tapi sayangnya ia gagal lagi. Sang jiwa mulai lelah, tapi ia tak menyerah.

Kemudian dia merasakan kesejukan dalam buaian sang bayu. Hanya saja semua itu tak berlangsung lama, karna sang bayu tiba-tiba marah dan segera beranjak meninggalkannya bersama debu-debu tak berdaya.

Lalu gerimis hujan mulai membasahi bumi.

Awalnya diaa merasa segar dilimpahi air dari langit itu, tapi lama kelamaan dia mulai basah kuyup dan merasa kedinginan.

Dengan langkah gontai sang jiwa berteriak dan memprotes pada samudera luas, tapi suaranya tenggelam bersama ombak di pantai.

Akhirnya sang jiwa yang sudah berubah menjadi sangat kumal dan lemah memutuskan akan kembali dalam pelukan malam, Bersembunyi disana, mengendapkan segala kesedihannya, membersihkan luka-luka yang ditinggalkan siang tadi dan membiarkannya mengering.

Tapi, ternyata sang malam tak mau lagi menerima tamu. Ia telah mengunci pintu.

Sang jiwa merasa sendiri saat ini, Tak memiliki siapapun yang bisa memeluknya saat ia jatuh. Akhirnya ia mengembara. mencari sesuatu yang mampu menopangnya.

Menggali ke sudut terdalam, menggapai ke angkasa terluas, namun ia tak juga menemukannya.

Dia mulai kehabisan tenaga dan tiba-tiba saja merasa sangat lelah dengan hidupnya. Ia tidak terpuruk, hanya saja begitu nelangsa.

Tapi perjalanan harus tetap dilanjutkan.

Saat dia akan menyerah..

Tiba-tiba, dia bertemu dengan sesosok jiwa lain yang begitu indah, begitu bercahaya.

Mereka bercerita tentang banyak hal, berbagi kesedihan, kebahagiaan, dan semua perasaan yang pernah hinggap di hatinya.

Saat itu sang jiwa sadar bahwa sosok inilah yang ia butuhkan. tapi tak satupun kata yang keluar untuk mengungkapkannya. Mereka sepertinya cukup memahami arti keberadaan yang satu bagi yang lain.

Cinta mereka begitu dalam dan hanya mereka yang mengerti. sang jiwa kembali menemukan roh nya.

kembali kuat dan tegar, kembali indah dan bercahaya seperti semula, cahaya yang mampu menerangi sekitarnya.

Kini sang jiwa sama sekali tak membutuhkan hal lain.

Ia merasa begitu lengkap dan utuh.



*iseng-isengan
0
Untitled


Lagi-lagi Aku hanya bisa memandangnya dari jauh, tanpa ada kata yang terucap, tanpa senyuman indah, tanpa sapaan basa basi. Seandainya Aku diberikan kesempatan untuk memberikan penilaian, maka aku akan memberikan nilai 9 dalam skala 1-10, bisa dibilang dia mendekati sempurna, yaaa tentu saja sempurna versiku.

Dia begitu indah, begitu bercahaya dan menarik banyak perhatian dari sekitarnya.

Biasanya aku selalu puas dengan posisiku yang hanya bisa mengaguminya dari tempat dimana seharusnya aku berada, tapi hari ini entah apa yang kupikirkan, aku ingin sekali membuatnya sadar akan kehadiranku bagaimanapun caranya, termasuk dengan mencelakakan diri sendiri, gila memang. Tapi itulah faktanya.

Entahlah.. rasanya semua hal akan kulakukan hanya untuk bisa menatapnya dari dekat, dilemparkan ke neraka pun aku rela jika itulah satu-satunya cara supaya aku bisa mendengar suaranya dengan jelas.

Mungkin aku adalah seorang pendosa, tapi salahkah aku karena rasaku? Haruskah aku berbohong dan menipu diri sendiri? Kalau boleh jujur, ingin sekali aku lepas darinya, melupakan semua keindahan yang pernah kulihat, tapi sayangnya sebesar apapun usahaku, semuanya hanya sia-sia, dia bagai morfin dan semakin hari ketergantunganku semakin bertambah parah.

Hingga akhirnya pada hari ini, aku memberanikan diri untuk menghampirinya dengan cara yang tak terpikirkan oleh siapapun, aku tak mampu membendung berbagai khayalan yang bermunculan dalam otakku, mungkin ini pengaruh karena terlalu banyak menonton sinetron-sinetron tolol yang seringkali mengumbar harapan.

Aku sudah hafal kegiatannya sehari2, jam berapa dia bangun, sarapan, keluar dari rumah, dan kapan dia pulang, lama2 Aku merasa seperti seorang penguntit, Kalau saja FBI atau CIA mempekerjakanku, mungkin mereka akan mendapatkan data terlengkap yang pernah ada.

Begitu melihat mobilnya keluar dari pagar, aku langsung menabrakkan tubuhku didepannya, duniaku serasa berputar, Aku tak bisa melihat apa2, tapi anehnya tak sedikitpun terasa sakit, kalau cuma begini, setiap hari pun aku mau melakukannya, atau apa mungkin kendaraan itu belum sempat menabrakku dan aku sudah pingsan duluan karna terlalu gugup?

Seseorang mengangkat tubuhku kepangkuannya. aku berdebar, walaupun aku tak tau siapa yang melakukannya, semoga saja dia tidak menyuruh pak satpam melakukan hal ini, bisa menyesal setengah mati aku nantinya.

"Hey.. Kamu ga kenapa2 kan? tanya pria itu sambil menepuk2 pipi-ku. dan sumpah rasanya seperti dibelai dengan lembut, mungkin ini sedikit berlebihan, tapi itulah yang kurasakan.

Aku membuka mata, dan dia.. dia yang kudamba manatapku dengan khawatir, wajahnya persis berada satu jengkal dari wajahku, buru2 aku mengenyahkan pikiran untuk memeluk dan mencium bibirnya.

"Hey, kamu ga kenapa2 kan?" dia mengulang pertanyannya, lebih terlihat seperti meyakinkan dirinya sendiri. "sepertinya tadi mobil-ku belum sempat menabrakmu." lanjutnya lagi.

"Memangnya aku terlihat kenapa2 ya?" Akhirnya aku mampu juga untuk bersuara, walaupun agak sedikit tercekat di tenggorokan. sialan, saat pertama aku berbicara padanya kenapa suara-ku malah aneh seperti ini.

Dia tertawa, tawa yang sangat indah, buru2 aku merekamnya di kepalaku, menyimpannya baik2, siapa tau ini adalah kesempatan pertama dan terakhirku untuk berada sedekat ini dengannya.

"Rasanya aku pernah melihatmu. tapi, dimana ya?" katanya tak yakin.

Aku hanya tersenyum, tanpa menjawab pertanyaan-nya, aku langsung bangun hendak pergi.

"Mau kemana? tanyanya kaget.

"Aku harus kembali, Cinderella cuma punya waktu sampai jam 12." ujarku dengan gaya yang sedikit dibuat2 seolah2 aku berasal dari negeri dongeng.

"Tapi ini kan masih jam 12 siang." katanya sambil tertawa.

"Cinderella yang ini berbeda. lebih spesial."

Dia tertawa lagi mendengar jawabanku, lagi dan lagi aku merekam ekspresinya, menyimpan apa yang bisa ku simpan sebelum dia harus ku lepas, ada kepuasan tersendiri ketika aku mampu membuatnya tersenyum, mungkin dia menganggapku seperti orang gila atau anak aneh yang kebetulan nyasar di depan rumahnya, tapi toh aku tak peduli, setelah yakin aku sudah menyimpan setiap detail yang ku butuhkan, aku langsung berlari meninggalkannya.

"Namamu siapaaa?" teriaknya.

Tapi aku sudah berlalu tanpa menoleh lagi kebelakang, aku tak pernah tau apakah dia langsung berbalik pergi, atau menatapku hingga menghilang dari penglihatannya.

Rasanya hati ini tak punya cukup ruang untuk menampung segala kebahagianku, aku merasa seperti putri dalam dongeng, walau cuma beberapa menit, tapi aku sangat menikmatinya. Tak bisa kupungkiri ada sedikit rasa senang ketika dia mengingatku, walau dia tak tau dengan pasti, itu malah baik bagiku.

Dia bagai matahari pribadiku, walaupun baginya mungkin aku hanya komet yang mengelilinginya dengan orbit yang tak biasa, tapi sesekali berada sangat dekat dengannya dan akhirnya menghilang lagi, tanpa dia sadari, aku adalah merkurius, planet kecil yang berada paling dekat dengan matahari, yang tak pernah berhenti mengitari dan menatapnya dengan penuh pemujaan.

"Darimana saja kamu nak? Tanya ibuku.

"Hanya jalan2 sebentar bu" jawabku.

"Cepatlah bersiap2, kita harus kerumah Bu Ratih sekarang, sudah telat."

Aku terdiam, aku harus kembali kerumah dimana aku menabrakkan diriku didepan pagarnya. tapi kali ini, aku bukan lagi seseorang yang kebetulan lewat, aku akan menjadi anak dari pembantu yang bekerja dirumah itu.

"Oya nak, tadi Parman datang kemari, katanya mau mengajakmu untuk memilih cincin perkawinan."

"Iya bu, " jawabku lirih.

Aku bagai disiram dengan air dingin ketika pikiranku penuh dengan impian2 bodoh yang takkan pernah jadi kenyataan, 3 bulan lagi Aku akan menikah dengan Parman, seorang supir dirumah majikan ibuku, dia baik dan dia mencintaiku, sangat mencintaiku malah, tapi itu tak cukup untuk membuatku mencintainya.

Tapi apalagi yang bisa kulakukan? Aku bahkan tak punya pilihan apa2. kami tidak berpacaran, entah ikatan seperti apa yang sekarang kami jalani.

Sebelumnya aku cukup puas dengan hidupku, kemudian aku bertemu dengannya, anak majikan ibuku yang baru pulang dari luar negeri, sejak pertama kali melihatnya, hatiku telah terperangkap, disetiap hela nafasku hanya dia yang selalu kuingat, aku terbelenggu oleh rasa cinta yang teramat besar, sampai2 aku melupakan jati diriku.

Tapi apalagi yang bisa kulakukan? Aku bahkan tak punya pilihan apa2. Aku hanya bisa menatapnya dari jauh, tak baik bagiku berada terlalu dekat dengannya, hanya akan membuat hatiku hancur dan aku tak yakin akan ada yang mampu membuatnya utuh kembali.

Entah suatu hari nanti aku akan bisa melupakannya dan mencintai suami-ku dengan tulus, aku benar-benar tak tau, aku bahkan tak tau bagaimana kisah ini akan berakhir.



*iseng-isengan dini hari (pengen nulis waktu dengerin Album Lily Allen (Alright, Still) dan Norah jones (Not too Late)


0

Di Bangku Taman


Hari ini Aku ke taman lagi, tempatku menghabiskan waktu luang dengan secangkir kopi, cemilan, laptop, dan mp3 player, kembali duduk di bangku yang sama dan mencoba untuk menulis sesuatu. seringkali aku merekam apa yang kulihat, dengar dan rasakan lewat tulisan-tulisan sederhana. biasanya taman ini selalu bisa memberikan inspirasi bagiku.

Dibangku taman ini, pandanganku masih tetap sama seperti saat pertama kali aku menemukannya, tak ada yang berbeda. Ayunan didepan itu masih ada ditempat seharusnya dia berada, pohon yang melindungiku dari sengatan matahari pun masih berdiri dengan kokoh. bocah-bocah itu tetap bermain dengan ceria, dan teriakan ibu-ibu yang memanggil anaknya pun terdengar sama saja bagiku.

Satu-satunya hal yang berubah hanyalah apa yang kurasa, semuanya tak lagi sama sejak kau memutuskan untuk pergi, membiarkanku menghabiskan cemilan-cemilan ini sendirian, atau menenggak habis minuman favorit kita berdua, membiarkanku terduduk sendiri menikmati tempat ini dan pulang tanpa satu kalimatpun yang berhasil kurangkai.

Sejak kau pergi semua hal terlihat sama, tak ada lagi yang menarik, aku bahkan tak mampu berpikir. lidahku kelu, tanganku kaku, pikiranku buntu.

Ternyata aku salah,
yang menjadi inspirasi-ku bukanlah taman ini.
Tapi kamu.

Aku bertanya-tanya bagaimana caranya aku masih bisa hidup tanpa kau disisiku? bagaimana mungkin tubuhku mampu bertahan tanpa jiwanya?

Tapi bagiku, kamu takkan pernah mati, kau akan selalu hidup dalam memori-ku.
Itulah alasan kenapa aku tetap kembali ke taman ini dan duduk di bangku yang sama.


*Iseng-isengan dini hari, inspired by : Pure Saturday - Di Bangku Taman


0
ANEH !


Dulu waktu belajar fisika dalam hukum Aksi - Reaksi dibilang gini nih
"Setiap Aksi akan menimbulkan reaksi yang sama besar dan berlawanan arah"

Jadi intinya Sebuah aksi akan menimbulkan reaksi, itu adalah hal yang wajar, hal yang seharusnya terjadi, Tapi kenapa kadang2 reaksi yang ditimbulkan karna adanya aksi dianggap sebagai sesuatu yang ga wajar, dianggap melewati batas2 yang udah ada selama ini, padahal sebenarnya sebuah aksi yang ga mampu menimbulkan reaksi adalah sebuah kegagalan, tindakan yang sia2.

Tapi,
kenapa semua pandangan berubah sekarang ini? Kenapa sebuah kenormalan dianggap sebagai sesuatu yang ga normal, ga wajar? dan sesuatu yang Abnormal dianggap sebagai sesuatu yang Normal, sesuatu yang harusnya terjadi.

Aneh!


0
EXPIRED


Waktu lagi ngobrol sama temenku. kadang2 kami suka bikin skenario sendiri tentang kehidupan yang pasti bakal asik banget kalo sesuai dengan yang ada dalam bayangin kita. gini nih kejadiannya kalo lagi cerita2. ada aja ide2 gila yang muncul, trus ketawa cekikikan karna kekonyolan yang diciptakan sendiri.

Tiba2 temenku ngomong gini: "kalo aja keinginan kita tu punya masa expired-nya pasti lebih asik kan"

Aku: "maksudnya?"

Temen: "gini Na, misalnya kita punya keinginan, trus udah usaha2 tapi ga dapet juga. yaudah.. gitu lewat 3 atau 4 bulan, kita udah ga kepingin lagi, udah biasa aja, jadinya kan kita ga terbebani terus."

Tapi, kalo semua keinginan punya masa expired, sedikit bgt orang2 yang bisa sukses. sedikit banget orang2 yang bakal dapatin apa diinginkannya. gampang sekali untuk merasa putus asa dan ujung2nya pasrah. toh kita ga bakal kepengen lagi gitu lewat dari waktu yang udah ditetapkan.

Mungkin untuk beberapa masalah, hal kayak gini bakalan oke bgt. Tapi untuk masalah tertentu yang lebih besar, kayaknya ga bisa selesai cuma karna keinginan punya masa expired. bahkan mungkin malah akan mendatangkan masalah lain yang lebih berat.

Jadi, apa yang kita pikir baik untuk hal2 tertentu, belum tentu mempunyai pengaruh yang sama terhadap masalah2 lain.


Back to Top