0
- mimpi -


Ketika dunia-dunia baru mulai tercipta dan memperlihatkankan wajah lugu pada alam semesta, maka disaat yang sama hiduplah mimpi-mimpi yang tumbuh subur di setiap detik yang tak berbatas. mimpi-mimpi yang bergerak bebas layaknya berada pada negeri anti gravitasi, terbang melayang menembus batas cakrawala hingga jarak antara bumi dan bulan pun jadi tak berarti. kadang2 mereka senang menjelajahi dunia para kurcaci yang hidup dibalik pelangi. lalu kembali turun ke bumi hanya untuk menemui sang putri yang cantik jelita. walau sesekali mereka juga berpapasan dengan si penyihir jahat, tapi ajaibnya selalu berhasil kabur atas bantuan para peri yang baik hati.

Hingga pada suatu hari, datanglah si pencuri waktu yang memaksa seluruh alam bergerak dengan terburu-buru mengikuti apa yang dia mau. dia adalah seorang diktator maha dahsyat dan punya banyak pengikut yang tanpa sadar sudah diperbudak oleh alasan yang tidak jelas. akhirnya mimpi-mimpi ini tertinggal jauh di belakang karena tak mampu mengikuti permainan yang sedang berlangsung. mereka pun menjadi layu dan tak sanggup lagi bergerak ke sana kemari. kemudian si pencuri waktu diam-diam menculik semua mimpi. memenjarakannya dan menjatuhi hukuman mati. sehingga mimpi2 ini akhirnya musnah berganti dengan keserakahan yang berkembang biak dengan kecepatan luar biasa.

Tapi syukurnya, tidak semua mimpi bisa dihancurkan oleh sang pencuri waktu. ada beberapa yang mampu meloloskan diri dan kembali pada dunia-dunia yang memeluk mereka dengan erat dan bersedia menceritakannya pada seluruh jagad raya hingga akhirnya terciptalah dongeng-dongeng yang indah.

*iseng-isengan


0
Ruang Hampa


Lagit biru, awan putih, matahari bersinar terik. Tapi itu berjam-jam yang lalu, Saat hari masih siang. Tapi sekarang sudah malam, Matahari mengambil semua cahaya dan menyisakan sedikit saja untuk dititipkan pada Luna. Aku menatap langit, Tak ada bintang. jadi kubuang saja harapan untuk melihat jika ada diantara mereka yang tergelincir dan kemudian jatuh ke bumi.

Aku mulai bosan dan besiap2 turun dari atas genteng, lalu dia muncul... berupa suara tak berwujud. syukurlah, karena kadang wujud justru akan mengubah semua rasa dan segala pesona.

”Aku Jiwa,” katanya
”apa yang kau lakukan disini? bukankah jiwa seharusnya berada surga?”
’aku terperangkap, iblis-iblis menjaringku sehingga tak mampu melarikan diri”
”lalu, apa kau bahagia?”
”bahagia hanyalah rasa, ia tak berarti apa-apa”
”tapi tanpa rasa kita akan hampa”
”hampa itu membuktikan kita masih hidup”
”lebih baik mati daripada merasa hampa”
"simpan ucapan mu jika kau belum pernah merasakan mati”
”kau?”
”belum juga”
”lalu bagaimana kau tau bahwa mati tidak lebih baik daripada hampa?”
”aku tidak tau dan tidak berniat mencari tau”
”kau selalu begitu?”
”begitu bagaimana?”
”ketus”
”tidak.. kadang-kadang aku justru tidak menjawab”
”apa kau selalu begitu?”
”begitu bagaimana?”
”banyak tanya”
”tidak. kadang-kadang aku justru tidak berkata apa-apa”

Selanjutnya hanya ada sunyi yang memenuhi ruang diatara kami. aku tidak tau apakah dia masih ada disekitarku atau sudah beranjak pergi. mungkin ingin mencari celah yang tidak dijaga oleh iblis supaya bisa kembali ke surga. tiba-tiba suaranya memecah keheningan malam.

”ikutlah bersamaku”
”kemana?”
”ke tempat dimana tak kan ada yang bisa menyakitimu”
”tapi aku tidak tersakiti”
”akan ada”
”bagaimana kau tau?”
”tanpa harus bertanya"
Aku diam.. mencoba mencerna ucapannya, “Aku punya keluarga,” ucapku.
“Lalu?”
“mereka pasti sedih kehilangan aku”
”berarti kau tidak mengenal mereka”
Lagi-lagi aku berusaha mencerna apa yang ia katakan.
”ya atau tidak?"

Lama aku terdiam sebelum akhirnya memutuskan akan ikut dengannya dan mengambil semua resiko yang akan terjadi. aku bisa merasakan tangannya menggenggam tanganku. kami berjalan di udara. mulai menjauh dari rumah rumah warga yang terlihat semakin mengecil. awalnya kukira menuju bulan, tapi ternyata kami juga menjauhinya. menuju ke titik cahaya yang lebih terang. entah itu bintang atau komet. aku tidak tau.

”Kita kemana?” tanyaku, tapi dia diam saja.
”kita kemana?” aku bertanya untuk kedua kalinya, dan dia tetap diam. hingga mataku sudah tak mampu lagi melihat apa-apa. silau karena terangnya cahaya yang menusuk-nusuk mataku tanpa ampun.
”kita kemana?”
”jangan tanya apa-apa”
”tapi aku harus tau”
”kau akan tau”
”aku ingin kembali”
”takkan bisa”
”kenapa?”
”karena ketika kau sudah memutuskan sesuatu, itu artinya kau sudah siap dengan apa yang akan kau hadapi”
”tapi kita belum sampai ke tujuan.. di duniaku banyak orang-orang yang suatu waktu berkata iya, tapi di saat lainnya berkata tidak.. dan mereka baik-baik saja. bahkan lebih baik dari sebelumnya”
”itu di duniamu. banyak sekali orang-orang yang tidak bisa dipercaya”

Aku terdiam membenarkan ucapannya di dalam hati. Lalu kami melangkah masuk ke dalam lorong cahaya yang entah apa itu aku tak tau. yang jelas kakiku tidak menginjak apa-apa. saat kurentangkan kedua tanganku, juga tak ada yang bisa disentuh. pun saat aku menengadah yang terlihat hanya cahaya.

”Kita kemana..?” Aku tetap ingin jawaban.
”tidak kemana-mana”
”dimana lorong ini akan berakhir?”
”tidak akan pernah berakhir” jawabnya datar, dan kami terdiam untuk selamanya.



*iseng-isengan dini hari


Back to Top