Pernah seseorang menitipkan jiwanya pada kegelapan malam, sesosok jiwa yang mempesona menurutku, berharap sang jiwa tak kan pernah melihat kebusukan yang bersembunyi pada siang hari. Tapi sang jiwa tak mau terbelenggu, walau demi kebaikannya sendiri.
Ia melarikan diri dari peraduannya. menyongsong sang mentari yang bahkan tak mau bersahabat dengannya.
Sang jiwa belum juga puas. Ia berharap bisa bertemu dengan kedamaian di tengah bisingnya kota.
Tapi sayangnya ia gagal lagi. Sang jiwa mulai lelah, tapi ia tak menyerah.
Kemudian dia merasakan kesejukan dalam buaian sang bayu. Hanya saja semua itu tak berlangsung lama, karna sang bayu tiba-tiba marah dan segera beranjak meninggalkannya bersama debu-debu tak berdaya.
Lalu gerimis hujan mulai membasahi bumi.
Awalnya diaa merasa segar dilimpahi air dari langit itu, tapi lama kelamaan dia mulai basah kuyup dan merasa kedinginan.
Dengan langkah gontai sang jiwa berteriak dan memprotes pada samudera luas, tapi suaranya tenggelam bersama ombak di pantai.
Akhirnya sang jiwa yang sudah berubah menjadi sangat kumal dan lemah memutuskan akan kembali dalam pelukan malam, Bersembunyi disana, mengendapkan segala kesedihannya, membersihkan luka-luka yang ditinggalkan siang tadi dan membiarkannya mengering.
Tapi, ternyata sang malam tak mau lagi menerima tamu. Ia telah mengunci pintu.
Sang jiwa merasa sendiri saat ini, Tak memiliki siapapun yang bisa memeluknya saat ia jatuh. Akhirnya ia mengembara. mencari sesuatu yang mampu menopangnya.
Menggali ke sudut terdalam, menggapai ke angkasa terluas, namun ia tak juga menemukannya.
Dia mulai kehabisan tenaga dan tiba-tiba saja merasa sangat lelah dengan hidupnya. Ia tidak terpuruk, hanya saja begitu nelangsa.
Tapi perjalanan harus tetap dilanjutkan.
Saat dia akan menyerah..
Tiba-tiba, dia bertemu dengan sesosok jiwa lain yang begitu indah, begitu bercahaya.
Mereka bercerita tentang banyak hal, berbagi kesedihan, kebahagiaan, dan semua perasaan yang pernah hinggap di hatinya.
Saat itu sang jiwa sadar bahwa sosok inilah yang ia butuhkan. tapi tak satupun kata yang keluar untuk mengungkapkannya. Mereka sepertinya cukup memahami arti keberadaan yang satu bagi yang lain.
Cinta mereka begitu dalam dan hanya mereka yang mengerti. sang jiwa kembali menemukan roh nya.
kembali kuat dan tegar, kembali indah dan bercahaya seperti semula, cahaya yang mampu menerangi sekitarnya.
Kini sang jiwa sama sekali tak membutuhkan hal lain.
Ia merasa begitu lengkap dan utuh.
*iseng-isengan
Ia melarikan diri dari peraduannya. menyongsong sang mentari yang bahkan tak mau bersahabat dengannya.
Sang jiwa belum juga puas. Ia berharap bisa bertemu dengan kedamaian di tengah bisingnya kota.
Tapi sayangnya ia gagal lagi. Sang jiwa mulai lelah, tapi ia tak menyerah.
Kemudian dia merasakan kesejukan dalam buaian sang bayu. Hanya saja semua itu tak berlangsung lama, karna sang bayu tiba-tiba marah dan segera beranjak meninggalkannya bersama debu-debu tak berdaya.
Lalu gerimis hujan mulai membasahi bumi.
Awalnya diaa merasa segar dilimpahi air dari langit itu, tapi lama kelamaan dia mulai basah kuyup dan merasa kedinginan.
Dengan langkah gontai sang jiwa berteriak dan memprotes pada samudera luas, tapi suaranya tenggelam bersama ombak di pantai.
Akhirnya sang jiwa yang sudah berubah menjadi sangat kumal dan lemah memutuskan akan kembali dalam pelukan malam, Bersembunyi disana, mengendapkan segala kesedihannya, membersihkan luka-luka yang ditinggalkan siang tadi dan membiarkannya mengering.
Tapi, ternyata sang malam tak mau lagi menerima tamu. Ia telah mengunci pintu.
Sang jiwa merasa sendiri saat ini, Tak memiliki siapapun yang bisa memeluknya saat ia jatuh. Akhirnya ia mengembara. mencari sesuatu yang mampu menopangnya.
Menggali ke sudut terdalam, menggapai ke angkasa terluas, namun ia tak juga menemukannya.
Dia mulai kehabisan tenaga dan tiba-tiba saja merasa sangat lelah dengan hidupnya. Ia tidak terpuruk, hanya saja begitu nelangsa.
Tapi perjalanan harus tetap dilanjutkan.
Saat dia akan menyerah..
Tiba-tiba, dia bertemu dengan sesosok jiwa lain yang begitu indah, begitu bercahaya.
Mereka bercerita tentang banyak hal, berbagi kesedihan, kebahagiaan, dan semua perasaan yang pernah hinggap di hatinya.
Saat itu sang jiwa sadar bahwa sosok inilah yang ia butuhkan. tapi tak satupun kata yang keluar untuk mengungkapkannya. Mereka sepertinya cukup memahami arti keberadaan yang satu bagi yang lain.
Cinta mereka begitu dalam dan hanya mereka yang mengerti. sang jiwa kembali menemukan roh nya.
kembali kuat dan tegar, kembali indah dan bercahaya seperti semula, cahaya yang mampu menerangi sekitarnya.
Kini sang jiwa sama sekali tak membutuhkan hal lain.
Ia merasa begitu lengkap dan utuh.